Tuesday, May 5, 2015

Ulasan Harman Kardon Onyx I

Halo, sudah lama sekali tidak update Blog. Bersih-bersih dulu deh udah debuan gak karuan. 


Okay, saya akan mengulas sedikit tentang speaker wireless yang sudah pernah saya coba, yaitu Harman Kardon Onyx, Esquire, dan Go+ Play (GP). Ohya sebelumnya saya mau menjelaskan sedikit, saya pencinta music dan juga kualitas musiknya. Selama ini saya menggunakan speaker aktif saja dan beberapa headphone termasuk DAP dan Amplifier-nya. 

Umumnya berukuran kecil. Tapi ada juga bluetooth untuk Hi-Fi System.

Kenapa saya tertarik dengan Wireless Speaker ini?
Jujur saja, di kamar kos saya, koneksi kabel sudah membuat saya pusing. Kabel Charger Laptop, Laptop to Active Speaker, Laptop to Amplifier, 2 Headphone’s Cables, 2 Guitar Cable, Power Cable for Head-amp dan Speaker amp. Pusing kan? Tapi dengan Wireless Speaker ini, tidak membuat kamar saya tidak lebih kusut kok, karena tentunya ada kabel power untuk charging. Charging sendiri saya tidak pernah menghitung berapa lama (tidak baca manual book), tetapi saya rasa 1-1.5 jam sudah cukup dan bisa On sampai 5-7 jam (tergantung Volume)
Ilustrasi dunia perkabelan.


Bagaimana dengan bentuknya?
Harman Kardon. Siapa sih yang tidak kenal? Bahkan yang tidak tahu tentang dunia audio pun pasti pernah mendengar nama ini. Bose? Ya sekelas lah untuk speaker seperti ini dan dunia home theatre. Tapi untuk speaker pasif dll, sudah jelas bedanya. Bentuk dari Onyx ini bagus, tidak kuno, simple dengan mayoritas dibalut dengan warna hitam. Hanya ada warna chrome dibagian belakang, tempat dudukan speaker dan subwoofer. Saya rasa, untuk anak “kekinian” speaker ini sudah mantap. Dengan jurus marketing sebagai portable wireless speaker, saya rasa kurang tepat untuk speaker ini. Memang tidak berat, tetapi cukup makan tempat untuk kategori portable. Kecuali untuk semi-portabel (misalnya untuk sekedar pindah ruangan dsb).

Tampak depan.

Tampak Belakang


Bagaimana dengan suara?
Awalnya, saya agak anti dengan brand mahal seperti HK, Bose, Beats Headphone dll. Kenapa? Karena terlalu mahal untuk kelas suara yang saya dapat. Tapi satu yang saya sadari, keluaran dari produk mereka bukan produk-produk bersuara analitik (sangat kritis terhadap produksi suara maupun yang sangat sensitive dari player yang kita gunakan). Target pasar mereka ada kuping suara orang kebanyakan (awam maupun tidak awam) yang dikemas dengan design yang menarik dengan build quality yang tidak sekedar. Untuk suara, saya menganggap keluaran dari Onyx ini agak warm dengan dominasi bass. Saya merasa cocok saja dengan suaranya karena memang ini speaker buat santai, bukan untuk mengkritisi recording ataupun untuk menikmati yang namanya eargasm. Yang membuat saya cukup kaget adalah keberadaan bass yang oke menurut saya. Hal ini pengaruh dari adanya subwoofer kecil dibagian belakang, dimana saat menyetel lagu, dapat dilihat getaran bertuliskan Harman Kardon, somehow itu keren dan membuat speaker ini bukan speaker murah. Deep bass lumayan dapat, body bass juga dapat, dan yang anehnya, untuk memainkan double pedal bass pada drum, speaker ini masih mengejar pace dari lagu tersebut. Untuk masalah di vocal, dank arena saya bukan pencinta suara vocal, saya rasa cukup pas, tidak terlalu maju, hanya sedikit sekali agak mundur. Untuk bagian high frequency, ada masalah untuk di range mid-high atau high bagian paling rendah. Di freq tersebut, saya mendengar agak pecah. Untungnya untung female vocal, masih aman dan jernih. Untuk bagian lain dari high freq, saya rasa sudah bagus. Karena memang bukan speaker analitik yang membuat cepat lelah pada kuping, saya rasa porsi bass-vocal-high sudah pas. Untuk bagian soundstage dan positioning, saya balik lagi menjelaskan speaker ini hanya untuk pleasure saja bukan eargasm. Tidak banyak yang bisa diharapkan dari 2 aspek tersebut meskipun saya dengar ada. Anehnya lagi, meskipun tidak analitik, tetapi cukup sensitive untuk recording yang buruk. Jangan harap memainkan lagu dengan bitrate rendah dengan speaker ini (Ya masa udah mampu beli speaker mahal gini, masih download bajakan low bitrate dsb sih hehe).

Jangan berharap lebih untuk urusan Soundstage


Bagaimana dengan Konektivitas?
Ada dua port dibagian belakang bawah, satu buat charging, satu lagi mini USB (masih belum tahu fungsinya). Untuk penggunaan Bluetooth juga lancar, tidak ada masalah. Ada sedikit kendala, mungkin ini bukan kesalahan dari speaker, tetapi dari source dimana source terbaik untuk memutar lagu via Bluetooth ini malah bukan dari DAP Player dengan internal Bluetooth, tetapi malah dari laptop dan dari handphone. 

Bagaiamana dengan speaker lainnya? 
Dari speaker dengan Bluetooth ini, saya hanya pernah mencoba HK Esquire dan Go+ Play. Untuk Esquire, suara dari power lebih kecil, tanpa subwoofer, tapi lebih portable. Untuk suara saya lebih suka Onyx. Kalau Go+ Play, bentuk semi-portabel juga, bisa pakai baterai besar (8 buah CMIIW), ada port untuk input line-in, USB (CMIIW). Untuk suara lebih bagus dari Onyx, hanya saja bulky dan berat. Suara mirip dengan soundstage dan kerapihan positioning jauh lebih baik daripada Onyx.

Esquire : lebih portabel


Go+ : Bulky, tapi suara lebih mantap

Kesimpulan
Diluar dari harga, untuk dirumah atau dikantor, saya rasa Onyx ini bisa menjadi pilihan. Jika memang suka travelling atau dinas luar kota, Esquire bisa menjadi pilihan, tetapi saya rasa untuk kualitas suara, kurang direkomendasikan. Untuk Go+ Play, untuk urusan suara dan koneksi input merupakan yang terbaik, tetapi harus power with AC all the time. Saya pilih Onyx karena kebetulan harganya miring dan bahkan tidak tahu suaranya seperti apa, beruntungnya saya suka dengan hasil perjudian saya ini hehe.


Wednesday, April 17, 2013

Jika Subsidi BBM Dicabut, Setujukah Anda?



Akhir-akhir ini, isu mengenai pencabutan subsidi BBM kembali muncul ke permukaan. Saya melihat saat ini sebagian kecil masyarakat (teman dan lingkungan saya) mulai menerima pencabutan subsidi ini. Mengapa? Apakah masyarakat sudah mulai acuh terhadap masalah ini yang selalu berakhir tidak jelas. 

Menurut saya, BBM sendiri sudah tidak layak disubsidi (BBM bersubsidi seperti Premium dan Solar). Premium dan Solar tersebut banyak digunakan secara tidak bijak, yaitu BBM yang seharusnya digunakan untuk kaum tertentu malah digunakan untuk kaum lainnya. Secara harfiah, subsidi BBM sesungguhnya digunakan untuk mensejahterakan rakyat. Lalu muncul pertanyaan seperti, “Lalu kenapa dicabut? Bukankah kalau dicabut akan mengurangi kesejahteraan rakyat? “. Saya akan mencoba menjelaskan menurut hemat saya. Saya sendiri mengartikan “mensejahterakan rakyat” itu sebagai proses untuk membuat sejahtera, dari belum sejahtera menjadi sejahtera. Tapi, BBM sendiri secara kuantitas lebih banyak digunakan oleh “yang sudah sejahtera”, bahkan BBM masih digunakan oleh “yang sudah jauh lebih dari sejahtera”. Jadi, apakah masih sejalan dengan tujuan? Saya pikir tidak. Saya sendiri kaget saat mendengar jawaban saat bertanya-tanya kepada orang di sekitar saya yang menurut saya masih perlu mendapatkan bantuan subsidi BBM untuk mereka. Beberapa dari mereka setuju pencabutan ini dilakukan. Alasannya sederhana, lebih baik beli BBM non subsidi, naik angkutan kota (angkot), atau ditabung daripada uangnya digunakan untuk rokok, judi, main cewe, dll. 
Jawaban atau pernyataan tersebut memang tidak bisa mewakili ratusan ribu atau lebih rakyat yang ada pada kondisi setara atau bahkan lebih buruk. Tetapi setidaknya, saya tahu bahwa masih ada orang dengan status kesejahteraan yang dibawah rata-rata mengeluarkan pernyataan tersebut. 

Saya sendiri mengakui masih menggunakan Premium. Alasannya adalah “kan masih ada Premium, ngapain pake Pertamax”. Saya yakin mayoritas pengguna Premium saat ini beralasan sama seperti saya dibandingkan alasan karena memang tidak mampu. Lalu, bagaimana kalau subsidi dicabut? Nantinya, setelah dicabut pun, saya masih akan menggunakan Premium asal harganya masih dibawah Pertamax. Alasan saya lebih karena karakter kendaraan yang saya gunakan yang kurang cocok menggunakan oktan tinggi. Jika mau menggunakan oktan tinggi, engine-nya harus dimodifikasi dan memerlukan biaya lagi. 
Saya malah berpikir, pencabutan ini nantinya akan bersifat “memaksa” ke rakyat untuk menggunakan Pertamax. Kenapa harus dipaksa? Karena karakter bangsa kita seperti itu. Aturan tidak bisa ditegakkan tanpa adanya paksaan atau hukuman. Contoh saja, dari kejadian sehari-hari, siapa yang tidak tahu arti dari lampu merah yang menyala di persimpangan? Bahkan anak kecil yang belum bisa mengendarai motor atau mobil pun tahu. Tapi apa kenyataannya? Jika tidak ada polisi yang “nongkrong” di seberang, hampir dipastikan banyak  yang menerobos lampu merah tersebut. 

Pencabutan subsidi berarti akan ada dana yang sangat besar yang tidak digunakan oleh Pemerintah. Lalu untuk apakah dana “segar” itu? Ini adalah persoalan yang menurut saya lebih rumit daripada sekedar mencabut subsidi BBM. Yang terpikir oleh saya adalah mengalirkan dana lain ke sector lain seperti transportasi umum, pendidikan, pangan, atau pertahanan negara. Saya akan menjelaskan jika dana tersebut berbelok ke salah satu sector yaitu transportasi umum. Bukankah mungkin jika suatu saat nanti, transportasi umum kita akan semudah dan senyaman di negara tetangga seperti Malaysia atau bahkan Singapura? Bisa saja dana ini digunakan untuk memperbaiki angkutan umum yang sudah tua (meremajakan), menambah trayek, menambah gaji supir atau pegawai sejenisnya, menambah sistem baru (monorail maupun kereta cepat dengan jalur baru baik dalam maupun luar kota). Meremajakan angkutan akan mengurangi angka kecelakaan yang disebabkan hal teknis serta meningkatkan kenyamanan dan keamanan penumpang. Menambah gaji supir atau membuat gaji supir menjadi gaji tetap, nantinya mungkin akan berdampak positif ke kenyamanan penumpang. Supir angkot tidak lagi dikejar setoran yang membuat supir lebih lihai daripada Fernando Alonso. Angkot menjadi lebih tertib dan bisa berhenti di tempat yang ditentukan, karena sudah tidak terlalu “menggebu-gebu” dalam mencari penumpang. Menambah trayek serta menambah sistem baru akan mempermudah penumpang untuk berpergian. Dengan banyaknya serta mudahnya menggunakan transportasi umum, dengan sendirinya akan mengurang populasi kendaraan di jalan yang kemudian membuat jalanan lebih lengang. Semua hal yang saya jelaskan di atas akan membuat mindset masyarakat berubah menjadi “lebih enak naik transportasi umum yang lebih mudah, aman, nyaman, daripada naik kendaraan pribadi”. Jika mindset tersebut sudah tertanam dibanyak masyarakat, sudah dipastikan bahwa rencana ini berhasil. 

Jika dana tersebut dialihkan, akan muncul lagi persoalan. Akankah dana yang dialihkan tersebut 100% tersampaikan ke tujuannya tanpa ada potongan-potongan gelap? Ini saya hanya bisa berdoa, karena ini menyangkut jalan pikiran, ibadah, serta iman dari masing-masing orang yang bersangkutan. 

Jadi, akhir kata, saya setuju Subsidi BBM dicabut asalkan dana tersebut tidak "menguap" hilang ditelan angin dan ada baiknya digunakan untuk hal positif lainnya yang bisa membangun negara ini lebih maju.

Tuesday, March 12, 2013

Ulasan : CD JKT48, Heavy Rotation



Saya mau memberikan gambaran mengenai CD pertama yang dirilis oleh JKT48. Umumnya, ulasan seperti ini sangat langka karena biasanya yang diulas adalah peralatan audio, bukan lagunya. Tetapi agak greget juga mendengar album yang tidak pas dikuping, bukan karena nadanya, tetapi lebih ke suara musik yang dihasilkannya. Lagu CD ini berisikan 10 lagu dari keluarga 48 yang ditranslate ke bahasa. Saya sebagai salah satu fans secara umum sebenarnya kurang puas dengan kualitasnya, tetapi ada juga yang perlu dipuji. Penulisan di bawah ini beberapa lagu ada yang bisa saya bandingkan dengan lagu keluarga 48 (original song), bajakan (bocoran) yang beredar di internet, maupun CD sampel.
  1. Heavy Rotation
    Saya tidak punya versi original. Saya hanya punya versi bajakan dan CD sampel. Tentu bajakan ini kualitasnya “abang-abang” (maksudnya yang biasa disetel abang-abang waktu siomay lagi keliling dagang, atau apalah). Ripping dari CD sampel yang saya dapat dari teman berupa MP3 128 kbps. Suaranya terasa lebih “mendem” dan melempem, entah karena bitrate yang rendah atau memang dari original file nya. Untuk lagu dari album yang saya beli, saya agak kaget dengan suara vocal yang agak tajam dan terlalu maju (vokal maju tetapi terasa agak aneh). Tata suara vokalnya tidak terlalu bagus atau jelek karena lagu ini memang diisi banyak vokal(bukan solo). Untuk kualitas musiknya, saya tidak tahu kualitas lagu original dari AKB48 seperti apa, tetapi saya merasa seperti banyak distorsi dari suara musiknya.
  2. Kimi no Koto ga Suki Dakara (Karena Kusuka Dirimu)
    Saya tidak punya versi original. Untuk versi bajakannya, saya tidak membandingkan. Hasil pendengaran saya, CD sampel (yang dibagikan gratis di teater dan event) dan CD Hebirote (album Heavy Rotation) menggunakan data yang sama karena suaranya sangat identik. Untuk kualitas musiknya standard (saya tidak tahu versi asli dari lagu ini). Untuk suara vocal banyak segmen-segmen yang disayangkan. Suaranya terlalu mundur untuk sebuah lagu yang harusnya mengedepankan vokal. Setahu saya, member JKT48 dilatih vokal dan dance, tetapi dari lagu ini saya berpikir bahwa porsi latihan dance itu jauh lebih banyak, baik dari kualitas maupun kuantitas dibandingkan latihan vokal. Yang aneh dari lagu ini adalah suara backing vocal lebih maju daripada suara utama.
  3. Ponytail to Chou-chou
    Saya tidak punya versi original, bajakan, ataupun dari CD sample. Saya hanya punya dari CD Hebirote. Suara vokal dilagu ini agak mundur tetapi masih wajar. Untuk kualitasnya musiknya bagus (saya yakin ini pasti tanpa “bumbu” dari versi original meskipun saya belum tahu versi AKB48). Suara musik lagu ini saya rasa berbeda dari lagu pertama dan kedua, mungkin beda sound engineer-nya dsb. ataupun beda studio rekaman. Bagian high-nya terasa pas sementara bagian bass hanya kurang sedikit. Penempatan posisi musik bagus, tapi penempatan suara vocal masih agak kurang.
  4. Baby! Baby! Baby!
    Saya tidak punya versi original dan bajakan. Saya hanya punya dari CD Hebirote dan CD sample. Dari yang saya dengar, lagu tersebut identik. Musik hanya kurang sedikit dibagian bass. Untuk overall, musiknya terasa lebih full daripada 3 lagu awal sehingga lebih enak didengar. Penempatan posisi suara vocal lebih baik dari lagu pertama dan kedua. Kualitas suara vokalnya agak kurang bagus. Saya merasa seharusnya vokal bisa direkam pada kondisi penyanyi yang lebih baik lagi.
  5. Shonichi
    Saya punya versi original, bajakan, dan CD Hebirote (males ah bahas bajakan, ga asyik). Ini salah satu lagu favorit saya. Untuk suara musik, saya yakin ini identik antara AKB dan JKT, hanya mungkin penurunan kualitas dari beberapa sisi. Secara umum, musiknya bagus! Komposisinya pas untuk bagian bawah dan atas, namun positioning instrumentnya agak kurang. Seperti lagu ke-3, ini seperti beda studio rekaman. Untuk vokalnya cukup kacau, suaranya agak berantakan baik dari separasi, posisi, maupun warna suaranya. Entah kenapa, mayoritas suara vokal yang rekam itu seperti suara mentah lalu dipaksakan dijual tanpa ada proses lebih lanjut. Suara backing vokalnya juga kurang wah, padahal di menit 2:40, dilagu AKB sangat enak. Dari suara vokal lagu AKB48 sendiri suaranya lebih disiapkan (tidak mentah) dan benar-benar siap untuk dijual. Satu lagi, entah kenapa positioning instrument justru lebih jelas di AKB daripada di JKT.
  6. Wasshoi J
    Saya punya lagu AKB dan JKT. Suara musiknya sangat identik. saya rasa tidak ada proses untuk merubah dan mengolah lagu dari AKB ke JKT ini. Suara vokalnya juga lebih enak dikuping (terasa tidak mentah dan lebih terasa perbedaan suara vokalnya). 
  7. Oogoe Diamond (Teriakan Berlian)
    Saya punya lagu AKB dan JKT. Ini lagu favorit saya. Entah kenapa translate lagu ini paling pas diantara semua lagu yang di-translate. Liriknya juga mantap! Dari pertama kali saya mendengar, sudah terasa ada penambahan “bumbu” di musiknya. Bassnya jauh lebih besar tapi justru agak mengganggu. Kenapa? Lagu seperti ini harusnya bukan low-high yang di-boost tetapi low-low atau low-mid, sehingga banyak menganggu di suara vokal. Booster dibagian bass ini juga menganggu di frekuensi tinggi. Detail juga jadi berkurang. Suara vokalnya terlalu reverb. Lagu ini memang tidak terlalu mengedepankan positioning vocal tetapi seharusnya bisa lebih baik lagi. 
  8. Gommenne Summer (Maafkan, Summer)
    Saya hanya punya lagu JKT. Sama seperti lagu ke-7, ini ada rasa booster dibagian bawah meskipun saya belum pernah mendengar lagu aslinya. Musiknya menjadi terasa agak ganjil. Untuk kualitas musiknya agak kurang dan saya kira ini mengalami penurunan kualitas dari musik aslinya. Bagaimana dengan vokal? Ini seperti suara vokal berdiri sendiri dengan musiknya (bayangkan seperti suara karaoke). Suara vokalnya agak kacau, positioning jelek. Padahal dilagu ini, bisa dibuat vokal dengan posisi yang bagus. 
  9. Namida Surprise! (Air Mata Surprise)
    Saya punya lagu AKB dan JKT. Lagi, Bass booster! Translate liriknya lumayan bagus. Musiknya rame jadi tidak terlalu notice akan kekurangannya, termasuk detail musik yang tidak terlalu terasa penurunan kualitasnya. Untuk suara vokal solo-nya agak kurang sedikit, tapi overall suara  bagus. 
  10. Hikoukigumo (Jejak Awan Pesawat)
    Saya punya lagu AKB dan JKT. Bass booster lagi! Tetapi tidak sebesar beberapa lagu diatas. Musiknya enak dan tenang dengan detail bagus. Suara vokalnya paling bagus diantara semua lagu dialbum ini meskipun agak mundur. Vokal dibagian reff seharusnya bisa dipisah suara vokal dan backing vokal sehingga posisinya tidak segaris. 

Menurut saya, sebaiknya lagu-lagu diatas dirip ke 320 kbps saja, tidak perlu FLAC. Terserah sih selera orang berbeda-beda, tetapi saya pikir di 320 kbps sudah cukup karena memang kualitas rekamannya tidak “wah”. Untuk beberapa lagu yang saya bilang "agak aneh vokalnya" itu, bisa dibayangkan seperti merekam suara ditempat karaoke (itu kasus ekstrimnya). Untuk gambaran lainnya, ibarat suara musik ini adalah sebuah mobil BMW sedan luxury, sementara pengendaranya itu sebagai vokal. Paduan ini agak kurang “blend” yaitu saat ternyata pengendaranya memakai baju compang-camping (kurang match antara mobil dengan pengendara). Untuk music yang di-booster itu sama saja seperti BMW yang diubah menggunakan ban buat jeep. Itu masalah selera sehingga saya tidak bisa menyebutkan itu benar atau salah. Saya menebak, file music dari orginal song (AKB dll) itu berupa file umum, bukan master buat editing recording. Jadi kira-kira seperti itulah hasilnya. 

Tambahan : 


Sesungguhnya bass yang ditambah disini membuat annoying saat didenger pake speaker

Menurut saya  CD ini overpriced. Untuk artis lokal saja, biasa CD dijual 25-60 ribu. Ini untuk CD 50 ribu (dan banyak yang beli pula termasuk saya haha). Sesungguhnya lagu AKB itu asik-asik, semacam Japan Pop Rock yang berpadu dengan elektronik.

Dari hasil album tersebut, entah kenapa saya jadi berpikir porsi latihan dance itu 95% dan vokal 5%. Entah karena persiapan taking vocal yang kurang atau arahan latihan, maupun pemilihan range vokal terbaik yang kurang tepat. Vokal AKB jauh dari sempurna, bahkan vokal JKT malah justru jauh dibawahnya.

Lagu-lagu di album Pajama Drive (Team B 3rd Stage Recording Collection, rilis awal tahun 2013) beda kualitas dengan lagu AKB lainnya. Bahkan waktu pertama kali mendengar (tanpa tahu bitrate file-nya), kualitas album ini jauh lebih bagus daripada album lainnya. Kata temen saya sih itu emang beda sound engineer, studio, dsb sih. Padahal, pajama di 320 kbps dan FLAC album lainnya.

untuk DVD dsb saya tidak mereview karena saya memang kurang pemerhati visual.

Berikut merupakan komentar seorang teman 

Adi Ekaputra (@ekapen)

Desain cover agak mengecewakan, hanya gabungan foto member dengan background kuning (tipe A) atau putih (tipe B), "begitu doang".

Menurut pendengaran saya, 4 lagu yang di-release untuk CD sample (Heavy Rotation, Kimi no koto ga suki dakara, Ponytail to Shushu, & Baby!Baby!Baby!) sepertinya lebih bagus kualitas suaranya (terutama vokalnya) dari lagu-lagu lainnya di album ini. Saya bukan seorang audiophile, jadi tak bisa berkomentar banyak soal ini.

Untuk DVD-nya, sayang sekali menggunakan ratio 4x3, bukan widescreen. kualitas PV (video klip) Heavy Rotation agak mengecewakan, resolusinya kecil sehingga kurang puas ditonton, walaupun lebih bagus dari sebagian besar bocoran yang ada di Youtube. Video dokumenter JKT48 Memories cukup bagus dengan resolusi yang lebih baik daripada PV Heavy Rotation, tapi rasanya kurang puas dengan durasi yang hanya sekitar 20 menit lebih.

Kesimpulan dari saya, ini adalah album "low budget" yang overpriced. Semoga official JKT48 bisa lebih baik untuk album-album berikutnya.

Peralatan : laptop as source, head-amp, hedpon , interkonek

Friday, October 12, 2012

Apakah mobil listrik itu benar-benar akan menggantikan mobil konvensional?



Sepertinya memang isu-isu tentang adanya mobil listrik di Indonesia, semakin hari semakin kencang. Namun apa benar keberadaan mobil listrik tersebut benar-benar bisa menggantikan mobil konvensional yang saat ini sudah mulai mencapai titik stagnasi untuk bidang teknologi pembakarannya?

Mengutip dari salah seorang teman yang dikutip lagi dari seorang alumni Mesin “Sepertinya kedepan itu, motor bakar akan digantikan dengan hybrid, lalu ke gas, lalu ke pneumatic, lalu hydrogen, dan yang terakhir listrik”.

Saya kaget mendengar kutipan tersebut mengingat awalnya telah menulis juga di tulisan saya sebelumnya bahwa mobil listrik itu memang sangat cocok untuk kendaraan dalam kota. Tetapi memang sebenarnya jauh sebelum saya menulis tulisan tersebut, saya juga sempat berfikir apakah memang perkembangan motor bakar akan secara langsung digantikan oleh motor listrik tanpa ada teknologi-teknologi lainnya.

Saat saya menulis tulisan ini dan tulisan tersebut, memang sudah beredar teknologi seperti hybrid, hydrogen, listrik, apalagi motor bakar yang popularitasnya masih sangat tinggi. Teknologi baru yaitu Hybrid, hydrogen, dan listrik itu masih dalam tahap pengembangan sehingga mungkin saja akan muncul prestasi-prestasi yang belum pernah terbayangkan semuanya. Namun coba dipikirkan secara global, yaitu dengan isu akan habisnya crude oil di bumi dan siapa penguasa crude oil tersebut sampai saat ini. Apakah mungkin teknologi baru tersebut dapat mengambil alih kedudukan motor bakar yang secara kasar menggunakan minyak bumi tersebut?

Negara penguasa tersebut sampai saat ini, masih “berkiblat” ke tenaga dan torsi yang besar yang bisa membuat mobil melaju dengan kecepatan sangat tinggi. Mungkin sebagian orang bingung, Ferrari, Lamborghini, Maserati, dan Bugatti itu cerminan Eropa yang mencari tenaga besar. Tapi nyatanya, Eropa mulai berlomba-lomba menciptakan mobil yang irit. Nyatanya, mereka mulai memaksimalkan kapasitas mesin yang kecil untuk menghasilkan tenaga besar. Selain itu teknologi hybrid dan listrik sudah mulai dikembangkan disana. Bagaimana dengan Asia? Entah mengapa pentingnya efisiensi mulai mendunia tidak lain adalah karena Jepang. Entah memang Jepang yang tidak mampu untuk membuat mobil bertenaga besar dan bersaing dengan mobil non-Asia atau memang ingin menginovasikan hal yang berbeda.

Pernahkan Anda mendengar mengenai penemuan atau pengembangan bahan bakar alternative non-fosil. Apakah penemuan atau pengembangan tersebut “booming”? Padahal dari isu beredar, kita sudah sangat memerlukan bahan bakar/energy alternative, namun nyatanya? Di Indonesia sendiri, sudah ada yang bisa mengestrak hydrogen menjadi energy alternative. Bukankah sedemikian pintar orang Indonesia itu. Bayangkan ilmuwan-ilmuwan lainnya baik yang didalam maupun luar negeri, namun hampir jarang terdengar hasil riset mereka menjadi “booming” padahal dari isu yang beredar, riset mereka seharusnya sangat diapresiasi mengingat urgensi dari penilitian mereka.

Itu merupakan salah satu bentuk nyata bahwa sama sekali tidak ada kekhawatiran akan “habisnya” minyak dunia. Seperti azas ekonomi, semakin banyak permintaan, barang semakin sedikit, harga semakin naik. Bukankah itu yang sebenarnya diinginkan? Jadi wajar saja perkembangan sumber daya dari kendaraan tidak bisa secara drastic meninggalkan minyak bumi ini. Baik secara sadar maupun tidak, memang teknologi didunia itu ada yang mengatur arahnya baik secara paksa maupun tidak.

Sesungguhnya keberadaan mobil listrik sebagai mobil “utama” itu masih jauh perjalanannya, bukan karena sumber daya manusia yang tidak bisa mengembangkan teknologi ataupun kesiapan produsen maupun pihak ketiga, melainkan ada “pengaturan” global yang tidak bisa dihindari. 

Tambahan : Wah ada gas. Berarti ada saatnya Tugas Akhir yang gue kerjain berguna dong buat nusa bangsa haha :D

Tuesday, September 18, 2012

5 Lagu Dream Theater Terbaik


Berhubung gue itu penggemar Dream Theater, jadi mau coba urutan 5 lagu dream theater terbaik beserta alasan dan sedikit penjelasannya. Sebenernya band apaan sih Dream Theater? Kok gue bisa suka sama musiknya sih? Terlalu pusing gak sih dengerinnya? Haha itulah kira-kira mostly question yang ditanyakan oleh temen-temen gue. 

Singkat aja, awalnya, gue dengerin beberapa lagu Yngwie Malmsteen, trus kakak gue bilang, "Lagu lo pusing amat sih, ga sekalian Dream Theater aja tuh!!". Challenge accepted. Gue beli kasetnya (dulu masih kaset coy, nyari cd bajakan lebih sulit daripada kaset), kalo gak salah pas sma. Buat temen belajar ampe malem, setel aja tuh kaset bolak-balik kaya kolor, lama-lama kok asik sih haha.

Okelah, berikut ini urutannya dengan judul (album, length) :

1.     Octavarium (Octavarium, 24:00) 

“Apa-apaan nih lagu 24 menit? Gila kali yang buat lagu ya! Ga bosen dengerinnya?”

Itu pertanyaan pertama gue pas liat list album Octavarium ini. Dari semua lagu, mungkin ini salah satu lagu terpanjang dan banyak makna (dari analisis expert tentunya).

Percaya-gak-percaya, album ini mengisahkan kisah dari yang mereka lewati. Salah satunya adalah “Sacrificed Sons” yang bercerita tentang 9/11. Dan dilagu Octavarium ini merangkum 7 lagu sebelumnya, bukan hanya dari lirik yang berupa kesimpulan, tapi juga note-note-nya dimainin lagi disini.

Gilanya lagi, lagu dan album ini kalo dirasain feelnya itu kaya kehidupan seseorang selama sehari. Awal music itu sangat sangat mellow cozy chill spacious itu kaya orang baru bangun tidur. Lama-lama beraktivitas sampai akhirnya endingnya itu kaya orang mau tidur lagi.

Lagu ini juga menceritakan suatu akhir juga merupakan suatu awal. Ini dapat dilihat dari 24 menit : 24 jam : kehidupan 1 hari selesai dan mulai untuk hari selanjutnya, dimainkan pada kunci Ftinggi (Frendah pada Root of Evil dan selalu naik disetiap lagu, G A B C D E F) dan diending ditutup dengan note F.
Lebih lengkapnya disini deh : Octavarium Analysis


2.     The Count of Tuscany (Black Clouds and Silver Linings, 19:16)
“Gak waras ni lagu 19 menit, mati gaya dengerinnya”. Menurut gue sih ini salah satu lagunya dengan recording yang bagus luar biasa. Suaranya superb clear. Ini ceritanya tentang John Petrucci sang gitaris yang lagi main ke Italia, rumah neneknya kayaknya sih. Lebih ke cerita menyedihkan dia disana. Liat aja lirik di akhir-akhirnya.



3.     Endless Sacrifice (Train of Thought, 11:24)
Ini lagu lumayan pendek. Ini cerita tentang perjuangan mereka sih yang sempat naik turun memperjuangkan “cinta” mereka dalam bermusik. Diawal lagunya itu malah kaya lagu pop-rock, pas ditengah baru kerasa progresif metalnya.

4.     The Ministry of Lost Souls (Systematic Chaos, 14:57)
Lagu ini agak mellow diawal dan bakal nyari, ini metalnya dimana sih. Dengerin aja, ditengah nanti “flow”nya naik dengan sendirinya. Ini cerita tentang cowok yang mati-matian membela si cewek yang awalnya ga bisa apa-apa, sampai akhirnya bisa mandiri, dan akhirnya si cowok “harus” bisa melepaskan si cewek. Entah ini kisah cinta atau enggak, tapi kalo dialbumnya itu cerita tentang dewa, malaikat, dan semacamnya lah.

 

5.     The Best of Times (Black Clouds and Silver Linings, 13:09)
Ini lagu bercerita tentang kesedihan dan kekaguman Mike Portnoy kepada bapaknya. Bapaknya yang merupakan inspirator Mike Portnoy itu meninggal. Kerasa banget “feel” ceritanya. Kalo gue bilang sih ini gak progresif, cuma lagunya panjang dan ada beberapa repetisi.


 

Coba aja dengerin sih, kalo suka lagu agak keras kayanya bisa dengerin ini. Tapi percayalah, ini hanya salah satu band beraliran metal dari sedikit band aliran music keras yang gue sukai. Selain itu gue suka yang selow2 aja lah yah ahahaha.

Temen gue tuh paling sering banget nanya “Lo kuat dengerin music selama itu? Gak bosen?”

Gue jawab, “sama sekali ga bosen. Ini lagu boleh panjang, tapi kaya cerita, minim repetisi (pengulangan) dan kebanyakan mengalir, flownya itu naik turun, gak flat kaya lagu pop ato rock biasa. Makanya gue lebih ga tahan denger lagu yang Cuma 4-5 menit, isinya repetisi terus-terusan, bosen cuy. Ini enggak, paling diawal sama diakhir doang adanya, udah gitu jaraknya puluhan menit, kagak bosen. Itulah musik progresif!”

Jujur aja dari 5 lagu diatas, yang sekali duakali denger udah enak dikuping, cuma The Best of Times. Sisanya : "Apaan nih lagu, aneh banget!!!". Tapi itulah hidup, makin sering didenger, akhirnya makin jatuh cinta.

Sunday, July 29, 2012

Mobil Listrik Indonesia


Sebenarnya, saya tidak tahu banyak tentang mobil listrik, tapi mau coba berpendapat dan bertukar pikiran saja. Mobil listrik merupakan mobil yang digerakkan oleh motor listrik yang mendapat suplai dari baterai. Kalau dipikir sekilas, jelas ini jauh lebih sederhana daripada mobil yang menggunakan motor bakar yang butuh ini itu, banyak komponen. Makin banyak komponen, makin besar kemungkinan rusaknya.


Kenapa mobil listrik? 

Mobil listrik memang diciptakan untuk mengeluarkan belenggu Negara dari derasnya harga minyak dunia. Selain itu ada “isu” bahwa cadangan minyak dunia sudah terbatas. Lalu ada juga yang mengatakan untuk konversi minyak ke gas. Banyak juga yang “tertarik” dengan teknologi hybrid. Tapi nyatanya, sampai saat ini kenapa luar negeri yang “lebih maju” malah lebih tertarik mengembangkan teknologi hybrid daripada motor listrik sendiri? Tentunya sampai saat ini juga, performa dari motor bakar belum bisa dikalahkan oleh motor listrik. Bayangkan saja eropa yang kiblatnya mengejar akselarasi dan US mengejar ketangguhan dengan besarnya kapasitas itu hampir tidak mempedulikan apa yang disebut emisi. Mobil super (supercar) tersebut sudah biasa mencapai 500bhp atau sekitar 372 kW. Bayangkan saja dengan asumsi efisiensi yang sama, dibutuhkan motor listrik 372 kW. Lalu apa masalahnya toh selama ini motor listrik dayanya besar bahkan ada yang sampai 0.5 MW. Atau dengan efisiensi yang motor bakar sekitar 40% dan motor listrik 90%, maka untuk mencapai 500bhp diperlukan sekitar 222 kW. Untuk di Indonesia sendiri, 1 rumah hanya berkapasitas 2 – 5 kW. Bayangkan untuk 1 mobil dengan performa tinggi membutuhkan 50 – 100 rumah.



Negara maju yang notaben-nya listrik sudah lebih dari cukup yang berasal dari pembangkit nuklir dan sebagainya itu mungkin masih mempertimbangkan hal tersebut untuk mengembangkan mobil listrik performa tinggi. Bayangkan juga berapa besar baterai yang digunakan untuk menyuplai motor listrik seperti itu dan berapa lama nge-charge-nya.

Selain itu, yang paling dikhawatirkan masyarakat umum adalah, jika motor listrik ini “ngadat” atau kehabisan suplai baterai atau baterai yang soak. Karena sampai saat ini, tempat nge-charge mobil ini masih belum dipikirkan lebih jauh. Seharusnya memang tiap rumah sudah bisa nge-charge ini. Namun bayangkan bila mogok ini dialami banyak orang dan terjadi disiang atau saat peak load? Ini lebih akan merusak jaringan listrik. Belum lagi harga listrik saat peak load ini. Wacana yang diberedar bahwa mobil listrik ini “sebaiknya” di-charge pada waktu malam-pagi buta karena saat itu beban rendah. Tapi bila ini telah dilakukan, beban rendah yang terjadi pada pukul 23.00 – 5.00 ini mungkin akan jarang terjadi lagi. Tentunya ini akan mempengaruhi para pembangkit listrik dan umur turbin-turbin mereka. Tentunya ini akan memakan biaya lagi. Sebaiknya ini dipertimbangkan lagi dan direncanakan lebih matang untuk penggunaan mobil listrik, bukan hanya mobilnya sendiri, tapi juga aspek komplemennya.

Mobil listrik nantinya akan sebuah pilihan atau keharusan?

Dari banyaknya pilihan untuk mengurangi emisi dan pemakaian minyak dunia, seperti hybrid, konversi ke gas, dan menciptakan motor bakar berefisiensi tinggi, sepertinya mobil listrik memang bisa menjadi sebuah pilihan yang tepat guna. Saat ini, alumni mesin Pak Dasep Ahmadi mengembangkan mobil listrik ini. Sekilas, memang mobil ini mengejar harga jual yang rendah agar dapat dijangkau masyarakat. Dosen mesin ITB pun turut andil untuk mengembangkannya. Mobil listrik sebaiknya lebih difungsikan untuk mobil dalam kota yang memang tidak mengejar performa. Kota super padat seperti Jakarta yang memang sudah kaya polusi dan kemacetan, sangat berpotensi untuk pasar utama mobil listrik. Tidak ada gas buang, dimensi mobil yang tidak besar, tidak perlu mengantri di SPBU, dan bila diberi transmisi otomatis akan lebih “menjanjikan” untuk “parkir” di Ibukota.

Didesain untuk melahap jarak 150 km atau mil ini seharusnya dipertegas dengan kondisi yang dialami oleh mobil tersebut. Tentunya jika menghadapi kemacetan, jalan tol, atau luar kota, konsumsinya akan berbeda-beda. Jika 150 km per hari didesain untuk kemacetan Jakarta, nampaknya sudah bisa bikin pusing untuk keliling Ibukota sehingga batasan ini sudah aman. Selain itu, di Jakarta atau di kota besar lainnya akan lebih mudah membuat “pengisian” jika ternyata mogok dijalan dibandingkan di jalanan luar kota, apalagi diluar pulau Jawa. Daya yang tidak besar, sekitar 10 – 50 bhp ini juga cukup untuk melibas didalam kota yang sebenarnya lebih banyak diam daripada geraknya. Hanya saja, perlu dikembangkan charger yang lebih “oke” agar daya yang kecil ini tidak perlu diisi semalaman. Para pengatur regulasi pun harus siap membuat “siap” PLN untuk penyedian listrik pada malam hari tersebut dan bersiap untuk “lebih seringnya servis” pembangkit penyuplai tersebut. Sesungguhnya, mobil listrik sebagai city car, lebih menjanjikan daripada pilihan-pilihan lainnya, hanya saja investasi besar dan jangka menengah-panjang.


Tapi, ada masalah lain juga. Bayangkan jika mobil listrik ini banyak digunakan sementara jalan di Jakarta pertumbuhannya sangat minim? Masalah seperti ini memang sulit bung :D.

NB : Aduh, ngurangin kerjaan anak mesin dong ya haha, lama-lama lab motor bakar jadi museum deh. 
 

Blogger news

Blogroll

About

tes